Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) telah menjadi ancaman serius di era digital yang ditandai oleh kemajuan teknologi.
Serangan ini telah menghantui dunia daring dengan dampak yang merugikan, mengganggu layanan online yang vital dan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.
Dalam konteks teknologi yang semakin canggih, para penyerang menggunakan daya komputasi yang terdistribusi untuk melancarkan serangan yang melumpuhkan sistem target, baik itu situs web, jaringan perusahaan, atau infrastruktur penting lainnya.
Walaupun kemajuan teknologi telah membawa inovasi yang luar biasa, sayangnya, hal ini juga memberikan peluang bagi para penyerang untuk mengembangkan metode yang lebih kompleks dan menghancurkan melalui serangan DDoS yang terkoordinasi.
Apa itu DDoS?
Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) adalah jenis serangan siber yang bertujuan untuk melumpuhkan atau mengganggu ketersediaan suatu layanan atau sumber daya daring dengan membanjiri target tersebut dengan lalu lintas internet yang sangat tinggi.
Pada dasarnya, dalam serangan DDoS, para penyerang menggunakan jaringan komputer yang terdistribusi, yang dapat terdiri dari ribuan atau bahkan jutaan perangkat yang terinfeksi atau dikendalikan, untuk secara bersamaan mengirimkan permintaan ke target yang rentan.
Tujuan utama dari serangan ini adalah untuk mengakibatkan penolakan akses yang signifikan bagi pengguna yang sah, sehingga sistem atau layanan menjadi tidak responsif atau tidak dapat diakses untuk sementara waktu.
Serangan DDoS dapat memanfaatkan kelemahan dalam infrastruktur teknis, mengakibatkan gangguan bisnis, kerugian finansial, dan dapat memengaruhi reputasi online suatu organisasi atau perusahaan.
Jenis-Jenis Serangan DDoS
Serangan DDoS memiliki berbagai jenis yang dapat disesuaikan dengan tujuan dan metodenya. Beberapa jenis umumnya, meliputi:
1. Serangan Flooding (Banjir)
Dalam jenis serangan ini, penyerang mengirimkan jumlah lalu lintas yang sangat besar ke target dengan tujuan melampaui kapasitas sistem yang ada.
Serangan banjir dapat melibatkan serangan UDP (User Datagram Protocol) atau ICMP (Internet Control Message Protocol) dengan tujuan membebani jaringan dan infrastruktur target.
2. Serangan Amplifikasi
Pada jenis serangan ini, penyerang memanfaatkan protokol yang mengizinkan tanggapan besar untuk permintaan kecil.
Sebagai contoh, serangan DNS amplifikasi melibatkan mengirim permintaan DNS palsu dengan alamat IP target palsu, yang menghasilkan respons yang jauh lebih besar yang kemudian dikirimkan ke target.
3. Serangan Ping of Death
Dalam serangan ini, penyerang mengirimkan paket ping yang tidak sah atau berukuran sangat besar ke target, yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem target atau menyebabkan penolakan akses.
4. Serangan SYN Flood
Penyerang menggunakan serangan ini untuk membanjiri target dengan permintaan koneksi SYN (synchronization) yang tidak diselesaikan.
Hal ini dapat membuat sistem target sibuk memproses permintaan koneksi palsu dan menghabiskan sumber daya komputasi.
5. Serangan Slowloris
Dalam serangan ini, penyerang mencoba untuk mempertahankan banyak koneksi terbuka ke server target dengan mengirim permintaan HTTP yang sebagian besar tidak lengkap.
Hal ini membuat server tetap menunggu koneksi tersebut diselesaikan, menghabiskan sumber daya dan mengakibatkan penolakan akses.
6. Serangan DNS Spoofing atau Cache Poisoning
Penyerang mencoba untuk mengubah entri cache DNS pada server DNS yang rentan sehingga pengguna diarahkan ke IP address yang salah, mengganggu layanan dan mengarahkan lalu lintas ke tujuan yang tidak diinginkan.
7. Serangan Application Layer (Layer 7)
Jenis serangan ini berfokus pada lapisan aplikasi dalam protokol komunikasi. Penyerang mengirimkan permintaan yang tampak sah ke aplikasi target, tetapi permintaan ini sangat kompleks atau memakan sumber daya, sehingga mengakibatkan penolakan akses.
8. Serangan IoT (Internet of Things) Botnet
Penyerang dapat menggunakan jaringan perangkat IoT yang terinfeksi untuk melancarkan serangan DDoS.
Perangkat-perangkat ini diambil alih oleh penyerang dan digunakan sebagai alat untuk membanjiri target.
Setiap jenis serangan DDoS memiliki karakteristik unik dan memanfaatkan celah dalam sistem atau protokol tertentu untuk mencapai tujuan mereka.
Upaya perlindungan melibatkan penggunaan solusi keamanan siber yang canggih untuk mengidentifikasi dan merespons serangan ini secara efektif.
Cara Kerja Serangan DDoS
Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) beroperasi melalui pemanfaatan jaringan perangkat atau komputer yang terhubung dengan internet untuk menyebabkan gangguan lalu lintas yang berlebihan menuju target yang dituju.
Ada serangkaian tahap dalam mekanisme serangan ini. Tahap awal melibatkan rekrutmen botnet, dimana penyerang menginfeksi sejumlah besar perangkat, termasuk komputer pribadi, server, dan perangkat IoT, dengan perangkat lunak jahat yang memungkinkan penyerang mengendalikan perangkat-perangkat ini dari jarak jauh.
Setelah botnet terbentuk, langkah koordinasi dilakukan, dimana perangkat yang terinfeksi diarahkan untuk bertindak bersamaan.
Dalam beberapa situasi, penyerang bahkan dapat memanfaatkan botnet untuk menyembunyikan jejak identitas mereka, menjadikan asal serangan sulit dilacak.
Kemudian, botnet mulai menghasilkan permintaan lalu lintas yang berlebihan menuju target. Jenis permintaan ini dapat beragam, termasuk permintaan koneksi server, permintaan data, atau permintaan yang memanfaatkan sumber daya secara besar-besaran.
Tujuan utamanya adalah memberikan beban lalu lintas yang melebihi kapasitas sistem target. Hasilnya, sistem target mulai terbebani dan merespons dengan lambat, bahkan mencapai penolakan akses bagi pengguna yang sah.
Hal ini mengarah pada gangguan atau bahkan ketidakmampuan mengakses situs web atau layanan online.
Selain dari dampak langsung terhadap ketersediaan layanan, serangan DDoS juga bisa merusak reputasi target.
Pengguna yang tidak dapat mengakses layanan akan merasa frustrasi dan kehilangan kepercayaan pada organisasi yang diserang.
Setelah serangan berhasil dilakukan, upaya pemulihan menjadi kritis.
Ini melibatkan membersihkan sistem dari lalu lintas palsu, mengidentifikasi potensi celah yang dapat dimanfaatkan penyerang, dan mengembalikan layanan ke kondisi normal, sembari berupaya meningkatkan pertahanan terhadap serangan serupa di masa mendatang.
Cara Mengetahui dan Mendeteksi Serangan DDoS
Mendeteksi serangan DDoS penting untuk menjaga keamanan sistem dan infrastruktur. Berikut beberapa cara:
1. Pemantauan Lalu Lintas
Gunakan alat pemantauan lalu lintas untuk mengenali lonjakan tiba-tiba dalam lalu lintas yang tidak biasa. Ini bisa mengindikasikan serangan DDoS.
2. Analisis Pola Lalu Lintas
Identifikasi perubahan tiba-tiba dalam pola lalu lintas normal yang bisa menandakan serangan DDoS. Contohnya, lonjakan permintaan dari wilayah atau perangkat tertentu.
3. Deteksi Anomali
Sistem deteksi anomali bisa mengidentifikasi perilaku di luar pola biasa. Misalnya, banyak permintaan dari satu alamat IP dalam waktu singkat.
4. Uji Penetrasi DDoS
Lakukan uji penetrasi untuk mengevaluasi kelemahan sistem dan respon infrastruktur terhadap serangan simulasi. Ini bantu merancang langkah lebih efektif.
5. Alat Keamanan dan Firewall
Alat keamanan dan firewall canggih bisa mendeteksi dan meredam lalu lintas mencurigakan serta menerapkan mitigasi otomatis.
6. Analisis Log
Analisis log server dan jaringan identifikasi pola tak biasa atau aktivitas mencurigakan, memberikan wawasan tentang permintaan aneh atau lalu lintas yang tak masuk akal.
7. Pemantauan Kinerja Sistem
Pemantauan kinerja sistem berkelanjutan bisa deteksi penurunan signifikan atau lonjakan beban tak biasa pada server atau infrastruktur.
8. Kerjasama dengan Layanan Keamanan DDoS
Penyedia layanan khusus DDoS dapat membantu deteksi dan respons serangan, kerja sama dengan mereka bermanfaat.
9. Proteksi Berbasis Cloud
Beberapa layanan cloud tawarkan perlindungan DDoS kuat, mendeteksi dan meredam serangan sebelum mencapai infrastruktur Anda.
Mendeteksi serangan DDoS tak selalu mudah karena penyerang beradaptasi. Kombinasi berbagai metode deteksi dan alat keamanan sangat penting dalam melindungi sistem dari ancaman ini.
Cara Mencegah Serangan DDoS
Beberapa cara untuk mencegah serangan DDoS meliputi:
1. Penggunaan Firewall dan Alat Keamanan
Implementasikan firewall dan alat keamanan canggih untuk memblokir atau membatasi lalu lintas mencurigakan.
2. Pemantauan Lalu Lintas
Gunakan alat pemantauan lalu lintas untuk mendeteksi aktivitas aneh dan merespons dengan cepat.
3. Pembaruan Sistem
Pastikan semua sistem dan perangkat lunak terbarui untuk memanfaatkan perlindungan terbaru.
4. Batasan Koneksi
Terapkan pembatasan koneksi dari satu alamat IP atau wilayah tertentu untuk mengurangi dampak serangan.
5. CDN dan Cloud Services
Gunakan layanan CDN atau proteksi berbasis cloud untuk menangani lalu lintas berlebih.
6. Uji Penetrasi
Lakukan uji penetrasi reguler untuk mengidentifikasi celah dan meningkatkan pertahanan.
7. Pemisahan Layanan
Pisahkan server web, basis data, dan layanan kritis untuk membatasi dampak serangan.
8. Blokir Botnet
Identifikasi dan blokir alamat IP yang terhubung dengan botnet.
9. Implementasi CAPTCHA
Gunakan CAPTCHA untuk memastikan manusia yang mengakses, bukan bot.
10. Sinkhole Traffic DDoS
Alihkan lalu lintas serangan ke server sinkhole untuk meredam dampaknya.
Pencegahan serangan DDoS melibatkan kombinasi strategi keamanan teknis dan pemantauan berkelanjutan.
Cara Menangani Serangan DDoS
Menangani serangan DDoS adalah kunci dalam meminimalkan dampak dan memulihkan layanan Anda.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi serangan DDoS:
1. Aktifkan Mode Darurat
Aktifkan rencana darurat yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mengurangi dampak serangan. Hal ini mungkin melibatkan pemisahan lalu lintas, memblokir alamat IP yang mencurigakan, atau mengalihkan lalu lintas ke server cadangan.
2. Skala Infrastruktur
Jika memungkinkan, skala infrastruktur dengan menambah kapasitas sementara untuk menangani lonjakan lalu lintas. Ini dapat membantu meredam dampak serangan.
3. Gunakan Layanan Keamanan DDoS
Jika Anda berlangganan layanan keamanan DDoS, aktifkan layanan ini untuk mengalihkan lalu lintas berbahaya dan meredam dampak serangan.
4. Identifikasi Pola Serangan
Analisis lalu lintas serangan untuk mengidentifikasi pola dan karakteristiknya. Ini dapat membantu dalam mengembangkan strategi mitigasi yang lebih efektif.
5. Aktifkan Filtering dan Rate Limiting
Terapkan filter lalu lintas untuk memblokir atau membatasi permintaan dari alamat IP atau jenis permintaan tertentu yang mencurigakan. Rate limiting juga bisa membantu meredam lonjakan lalu lintas.
6. Sinkhole Traffic
Alihkan lalu lintas serangan ke server sinkhole, yang akan meredam dampak serangan dan memisahkan lalu lintas berbahaya dari infrastruktur utama.
7. Kerjasama dengan ISP
Hubungi penyedia layanan internet (ISP) Anda untuk mendukung dalam mengatasi serangan dan memblokir lalu lintas dari sumber-sumber berbahaya.
8. Informasikan Pengguna
Berikan informasi kepada pengguna tentang situasi saat ini, termasuk pembaruan status layanan dan perkiraan waktu pemulihan.
9. Rekomendasi Keamanan
Berikan rekomendasi keamanan kepada pengguna, seperti memeriksa perangkat mereka untuk infeksi malware yang dapat digunakan dalam serangan botnet.
10. Pemulihan Pasca Serangan
Setelah serangan berakhir, evaluasi dampaknya, identifikasi celah, dan tingkatkan pertahanan keamanan Anda untuk mencegah serangan serupa di masa depan.
11. Buat Rencana Respons
Buat rencana respons khusus untuk serangan DDoS yang mencakup langkah-langkah yang harus diambil oleh tim Anda dalam situasi darurat.
12. Pelaporan dan Kerjasama
Laporkan serangan kepada otoritas yang berwenang dan kolaborasi dengan organisasi yang terkena dampak serupa untuk berbagi informasi dan pengalaman.
Menangani serangan DDoS memerlukan koordinasi yang baik, pengetahuan teknis, dan pemahaman tentang infrastruktur Anda. Penting untuk memiliki rencana yang matang dan tim yang siap untuk menghadapi situasi tersebut.
Contoh Serangan DDoS
Salah satu contoh serangan DDoS yang terkenal adalah serangan pada layanan DNS Dyn pada Oktober 2016.
Serangan ini menunjukkan dampak besar yang bisa ditimbulkan oleh serangan DDoS terhadap infrastruktur penting.
Pada saat itu, Dyn merupakan salah satu penyedia layanan DNS yang berperan dalam mengarahkan lalu lintas internet menuju alamat IP yang benar, memungkinkan pengguna mengakses situs web dan layanan online dengan nama domain yang mudah diingat.
Pada tanggal 21 Oktober 2016, Dyn mengalami serangan DDoS yang membanjiri sistem mereka dengan lalu lintas yang sangat tinggi.
Serangan ini melibatkan ribuan perangkat yang terinfeksi malware jenis Mirai yang menghasilkan lalu lintas berlebih.
Mirai adalah botnet yang memanfaatkan perangkat-perangkat IoT yang tidak aman, seperti kamera keamanan dan perangkat cerdas lainnya.
Serangan ini mengakibatkan gangguan akses terhadap layanan-layanan terkenal seperti Twitter, Reddit, Spotify, Netflix, dan lain-lain yang menggunakan layanan DNS Dyn. Situs-situs tersebut menjadi sulit diakses atau bahkan tidak dapat diakses sama sekali.
Serangan DDoS terhadap Dyn ini menggarisbawahi pentingnya layanan DNS dalam menjaga ketersediaan layanan online yang vital.
Serangan ini juga menunjukkan betapa kuatnya botnet yang dapat dihasilkan dari perangkat IoT yang tidak aman.
Kejadian ini mendorong upaya lebih lanjut untuk meningkatkan keamanan perangkat IoT dan melindungi infrastruktur kritis dari serangan DDoS.
Perbedaan DDoS dan DoS
Perbedaan utama antara DDoS (Distributed Denial of Service) dan DoS (Denial of Service) terletak pada skala dan metodenya:
1. DoS (Denial of Service)
DoS adalah serangan di mana penyerang mencoba untuk menghambat ketersediaan layanan atau sumber daya online dengan membanjiri target dengan lalu lintas yang sangat tinggi dari satu sumber.
Ini bisa dilakukan dengan mengirimkan permintaan yang berlebihan ke server, yang menyebabkan server menjadi terlalu sibuk atau menutup untuk sementara waktu.
2. DDoS (Distributed Denial of Service)
DDoS juga bertujuan menghambat ketersediaan layanan atau sumber daya, tetapi perbedaannya terletak pada penggunaan jaringan perangkat yang terdistribusi untuk melancarkan serangan.
Penyerang menggunakan banyak perangkat yang telah terinfeksi atau dikendalikan untuk secara bersamaan mengirimkan lalu lintas ke target yang rentan.
DDoS jauh lebih kuat dan sulit dihentikan karena melibatkan ribuan atau bahkan jutaan perangkat yang bekerja bersama.
Jadi, intinya adalah bahwa DoS melibatkan satu sumber lalu lintas berlebihan, sedangkan DDoS melibatkan banyak sumber yang terkoordinasi untuk menghambat target.
DDoS lebih berbahaya dan sulit dihadapi karena sulit untuk membedakan lalu lintas normal dan berbahaya yang berasal dari banyak sumber yang berbeda.
Mengapa DDoS Lebih Sulit Ditangani Ketimbang DoS?
Serangan DDoS (Distributed Denial of Service) lebih sulit ditangani dibandingkan dengan DoS (Denial of Service) karena melibatkan penggunaan banyak perangkat yang terdistribusi untuk melancarkan serangan.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa DDoS lebih sulit ditangani:
1. Skala yang Lebih Besar
DDoS melibatkan ribuan hingga jutaan perangkat yang terinfeksi atau dikendalikan untuk mengirimkan lalu lintas ke target.
Hal ini menyebabkan lonjakan lalu lintas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan serangan DoS dari satu sumber.
Skala yang lebih besar ini membuatnya lebih sulit untuk memfilter atau mengatasi lalu lintas yang mencurigakan.
2. Pengkordinasian dan Kontrol
Penyerang DDoS mengendalikan jaringan botnet dari berbagai lokasi, seringkali menggunakan perangkat yang tidak sah atau dikendalikan dari jarak jauh.
Ini membuat pendeteksian dan penghentian perangkat-perangkat ini lebih sulit karena mereka tersebar di berbagai tempat dan memiliki perilaku yang terkoordinasi.
3. Keragaman Sumber
DDoS melibatkan berbagai perangkat dari berbagai alamat IP dan lokasi. Ini membuat sulit untuk mengidentifikasi pola atau karakteristik khusus dari serangan karena lalu lintas berasal dari banyak sumber yang berbeda.
4. Variasi Tipe Serangan
DDoS dapat menggunakan berbagai jenis serangan dan metode, termasuk serangan flood, amplifikasi, dan layer 7.
Setiap jenis serangan memerlukan strategi perlindungan yang berbeda, yang membuat tanggapan terhadap serangan ini lebih kompleks.
5. Kesulitan Identifikasi Lalu Lintas Berbahaya
Karena lalu lintas DDoS datang dari banyak perangkat yang berbeda, sulit untuk membedakan antara lalu lintas normal dan lalu lintas berbahaya.
Penggunaan teknologi dan alat yang lebih canggih diperlukan untuk mengidentifikasi dan merespons dengan cepat.
6. Ketidakpastian Asal Serangan
DDoS sering melibatkan sumber yang disembunyikan, termasuk menggunakan perangkat yang telah diretas atau dikendalikan tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Ini membuat sulit untuk melacak dan mengidentifikasi asal serangan.
7. Dampak yang Lebih Besar
Karena skala yang lebih besar, DDoS memiliki potensi untuk menyebabkan dampak yang lebih luas dan signifikan terhadap layanan dan infrastruktur target.
Karena semua faktor ini, perlindungan terhadap serangan DDoS memerlukan pendekatan yang lebih kompleks, termasuk penggunaan solusi keamanan yang canggih, pemantauan lalu lintas secara real-time, dan kerjasama dengan penyedia layanan keamanan DDoS.
Solusi Perlindungan WAF Eranyacloud untuk Website Anda!
Jaga Keamanan Situs Anda dengan Eranyacloud, lindungi aplikasi web Anda dari ancaman siber dengan solusi Web Application Firewall (WAF) kami.
Dapatkan perlindungan yang kuat terhadap serangan DDoS, injeksi SQL, cross-site scripting, dan ancaman siber lainnya.
Tingkatkan keamanan dan ketersediaan situs web Anda sekarang. Hubungi kami sekarang untuk informasi lebih lanjut dan mulai tingkatkan pertahanan siber Anda hari ini